Selamat Datang Di Rumah Sederhana Kami Salam Hangat Untuk Semua
DKR KESAMBEN | DKR WLINGI | DKR SELOPURO | DKR BINANGUN | DKR WATES | DKR DOKO | DKR GANDUSARI | DKR TALUN | DKR KANIGORO | DKR GARUM | DKR KADEMANGAN | DKR WONOTIRTO | DKR SUTOJAYAN | DKR NGLEGOK | DKR PONGGOK | DKR SRENGAT | DKR UDANAWU | DKR WONODADI | DKR KUNIR | DKR PANGGUNGREJO | DKR SELOREJO| DKC Kab.Blitar

Agar Pramuka Lebih Seksi Lagi

Agar Pramuka Seksi Lagi
Oleh Muhammad Aslam

GERAKAN pramuka adalah gerakan yang bertujuan mendidik dan membina kaum
muda Indonesia agar menjadi manusia berkarakter kuat, berbudi pekerti
luhur, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Selain itu, gerakan
pramuka mengajarkan keterampilan untuk dapat membangun diri sendiri dan
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara yang
memiliki kepedulian terhadap sesama hidup.

Pramuka Indonesia memiliki lebih dari 16 juta anggota yang tersebar di
lebih dari 250 ribu gugus depan yang 90 persen di antaranya berbasis di
sekolah, baik SD/MI (pramuka siaga dan/atau penggalang), SMP/MTs
(pramuka penggalang), SMA/SMK/MA (pramuka penegak), maupun
mahasiswa/umum (pramuka pandega).

Mengapa pramuka di Indonesia begitu ''seksi'' sehingga memiliki anggota
terbesar di dunia? Sebab, seorang siswa atau pelajar otomatis menjadi
anggota pramuka. Hal itu ditunjukkan dengan berseragam pramuka setiap
Jumat dan Sabtu. Beberapa negara, seperti Thailand dan Jepang, ingin
meniru Indonesia agar setiap pelajarnya otomatis juga menjadi anggota
pramuka.

Sayang, beberapa tahun terakhir ini gerakan pramuka kurang diminati oleh
pelajar dan pemuda. Sebab, kegiatan pramuka dianggap sebagai pelajaran
yang terlalu konvensional, kurang dinamis, kurang menarik sehingga
pelajar atau kaum muda kurang berminat aktif di dalamnya, serta
kekurangan pembina di tingkat gugus depan.



Selain itu, paradigma yang ada di masyarakat saat ini bahwa kegiatan
pramuka hanya cocok untuk anak SD atau SMP yang senang bermain, bertepuk
tangan, dan bernyanyi. Saat ini para pelajar dan pemuda lebih tertarik
mengikuti kegiatan-kegiatan outdoor seperti olahraga ekstrem, rafting,
outbound dan sebagainya. Padahal, kegiatan-kegiatan tersebut sejatinya
ada di dalam kepramukaan. Dengan demikian, pemerintah perlu
merevitalisasi agar gerakan pramuka kembali ''seksi'', populer, dan
diminati pelajar serta kaum muda.

***

Wakil Presiden Budiono saat membuka rapat mengenai revitalisasi gerakan
pramuka untuk membangun karakter bangsa di Istana Wakil Presiden pada
Rabu, 16 Juni 2010, menyatakan bahwa pramuka adalah salah satu cara yang
paling tepat dalam membangun karakter bangsa. Sebab, karakter yang
dibangun melalui gerakan pramuka adalah metode yang paling sesuai dan
paling selaras dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (sisdiknas) dan disesuaikan dengan perkembangan
siswa atau pelajar yang dapat terbawa hingga dewasa.

Revitalisasi gerakan pramuka yang dicanangkan pemerintah dengan
mengajukan UU Pramuka yang saat ini dibahas oleh pemerintah, dalam hal
ini Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dengan Komisi X DPR.
Revitalisasi gerakan Pramuka, antara lain, menyangkut organisasi, dan
materi pengajaran/kurikulum kepramukaan.

Organisasi dalam hal ini kwartir nasional, daerah, cabang, ranting, dan
gugus depan. Ujung tombak dalam gerakan pramuka adalah Kwartir Cabang
dimana Kepala Kwartir Cabang lebih tepat diketuai oleh pejabat publik
seperti Walikota/Bupati, Wakil Walikota/Wakil Bupati, atau pejabat
struktural seperti Sekretaris Daerah maupun Kepala Dinas Pendidikan yang
masih aktif. Karenanya 90 persen gugus depan berpangkalan di sekolah.

Peran para pejabat publik maupun pejabat struktural sangat diharapkan
dalam membangun karakter bangsa yang kuat. Sebab, membangun karakter
bangsa adalah kewajiban negara yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
maupun daerah.

Itu sangat berbeda dengan UU Olahraga yang melarang pejabat publik
menjadi pengurus KONI/KOI. Alasannya, olahraga bisa menjadi mata
pencaharian bahkan sudah menjadi industri yang menguntungkan. Sedangkan
pramuka tidak bisa menjadi mata pencaharian karena lebih banyak bersifat
sosial pendidikan.

Peran gugus depan (baca: sekolah) dalam mendukung revitalisasi gerakan
pramuka juga sangat besar. Sebab, di sana anggota pramuka berada. Dengan
demikian, Kamabigus (kepala sekolah) harus mewajibkan ekstrakurikuler
pramuka untuk diikuti siswanya minimal kelas III-V (SD/MI), kelas VII
(SMP/MTs) dan kelas X (SMA/SMK/MA) sebagai bentuk dukungan terhadap
revitalisasi gerakan pramuka dan upaya membangun karakter bangsa.

***

Gerakan pramuka punya banyak keunggulan jika menjadi ujung tombak dalam
membangun karakter bangsa. Pengembangan karaktrer bangsa tidak bisa
dilakukan hanya dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di alam terbuka,
seperti dalam kegiatan pramuka.

Sedangkan materi pengajaran/kurikulum kepramukaan atau yang dikenal
syarat kecakapan umum (SKU) dan syarat kecakapan khusus (SKK) juga sudah
banyak yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Contoh bisa
menggunakan telepon sudah tidak relevan lagi. Perlunya diganti dengan
penggunaan teknologi internet.

Selain itu, agar gerakan pramuka lebih ''seksi'', perlu
diselenggarakannya pelatihan-pelatihan seperti pelatihan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), pelatihan teknologi tepat guna, dan
pelatihan jurnalistik.

Pelatihan TIK dapat menambah minat pelajar dan kaum muda menjadi anggota
pramuka agar pelajar dan kaum muda sekarang yang sering mengunjungi
situs-situs jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter dapat
mengoperasikan secara sehat.

Pelatihan teknologi tepat guna, seperti perakitan, pengelolaan, dan
perawatan alat untuk pembangkit listrik tenaga air atau panas bumi, juga
sangat dibutuhkan dalam mengatasi krisis energi dan pengadaan energi
alternatif di Indonesia.

Demikian juga pelatihan jurnalistik, dalam hal ini adalah pelatihan
public relation. Yaitu, bagaimana seorang hubungan masyarakat (Humas)
dalam menghubungi media massa dengan tujuan mengubah persepsi pelajar,
kaum muda, dan masyarakat lainnya tentang gerakan pramuka yang kurang
populer.

Pelatihan jurnalistik adalah salah satu sarana promosi dan publikasi
tentang apa dan bagaimana pramuka itu kepada masyarakat. Dengan adanya
pelatihan jurnalistik, diharapkan gugus depan (sekolah) bisa menjalin
hubungan yang harmonis dengan media masaa untuk publikasi kegiatan
kepramukaan. Misalnya, perkemahan maupun kegiatan-kegiatan yang lebih
inovatif dan menarik sesuai dengan minat pelajar dan kaum muda saat ini.
Karena itu, peran kehumasan sangat dibutuhkan agar citra gerakan
pramuka lebih menarik lagi dan ''seksi'' bagi pelajar dan kaum muda.

Sarana publikasi yang paling efektif saat ini adalah mengundang media
massa, baik cetak, elektronik, maupun on line, melalui press release,
liputan jurnalistik, maupun teknik pencitraan lainnya pada setiap
kegiatan pramuka agar gerakan pramuka menjadi ''seksi''.

Dengan revitalisasi dan disahkannya UU Pramuka, diharapkan gerakan
Pramuka menjadi ''seksi'' dan diminati pelajar dan kaum muda serta mampu
membentuk karakter yang kuat, berbudi pekerti luhur, dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha esa. (*)



*) Muhammad Aslam , pembina Pramuka SMP Negeri 5 Surakarta
Oleh Pramuka Wonotirto

0 Comments:

Post a Comment



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share


Share/Bookmark